Langsung ke konten utama

Mengapa Makan Harus dengan Tangan Kanan?


Tradisi makan dengan tangan kanan merupakan kebiasaan yang ada dalam beberapa budaya dan agama. Ada beberapa alasan historis dan budaya yang menjadi dasar mengapa makan dengan tangan kanan dianggap lebih tepat daripada dengan tangan kiri. Berikut adalah beberapa alasan yang menjelaskan mengapa makan dengan tangan kanan dijunjung tinggi dalam beberapa tradisi:

  1. Kesehatan dan Kebersihan: Sejak zaman dahulu kala, makanan dianggap kotor, terutama ketika makan dengan tangan. Karena mayoritas orang adalah tangan kanan, makan dengan tangan kanan dianggap lebih higienis karena tangan kanan digunakan untuk kegiatan sehari-hari, seperti menyentuh benda-benda, dan tangan kiri lebih sering digunakan untuk membersihkan diri setelah buang air besar. Dengan demikian, makan dengan tangan kanan dianggap lebih bersih dan mengurangi risiko kontaminasi makanan.

  2. Budaya dan Adab: Beberapa budaya dan agama menganggap tangan kiri sebagai tangan "kotor" atau "tidak pantas" karena digunakan untuk kegiatan membersihkan diri yang kurang terhormat. Makan dengan tangan kiri dianggap tidak sopan atau tidak patut dilakukan dalam lingkungan sosial tertentu.

  3. Penanda Identitas dan Adat: Beberapa budaya memiliki aturan tentang bagaimana makan dengan tangan, dan ini menjadi bagian dari identitas budaya mereka. Makan dengan tangan kanan mungkin merupakan bagian dari adat dan tradisi yang dijunjung tinggi, yang juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat.

  4. Agama: Beberapa agama juga mendorong praktik makan dengan tangan kanan. Misalnya, dalam agama Islam, makan dengan tangan kanan dianggap sebagai sunnah (tindakan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW) dan dianggap lebih baik dari segi spiritual. Sebagai contoh lain, dalam Hinduisme, makan dengan tangan kanan dianggap lebih menyucikan karena dianggap lebih bersih dan menghormati Dewa.

Meskipun makan dengan tangan kanan memiliki dasar budaya dan agama yang kuat dalam beberapa tradisi, perlu dicatat bahwa praktik ini dapat bervariasi di berbagai budaya dan lingkungan sosial. Di beberapa negara, makan dengan tangan kanan dianggap penting, sementara di negara lain, tidak ada peraturan yang ketat tentang cara makan dengan tangan. Praktik makan dengan tangan kanan atau kiri harus dipahami dalam konteks budaya dan tradisi masing-masing, dan perlu dihargai dengan penuh pengertian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Mula dan Sisi Lain Desa Bojong Cideres

Sebelum menjadi desa Bojong Cideres, sebelumnya nama daerah ini adalah kampung Bojong maung, disebut Bojong Maung karena memang didaerah ini dahulunya adalah hutan belantara yang banyak berkeliaran harimau-harimau. Waktu itu belum ada jalan/jalur Bandung-Cirebon, karena jalan tersebut dibangun oleh Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Belanda sekitar tahun 1809M.  Sementara perkiraan penulis, bahwa kampung Bojong Maung ini kemungkinan dibuka oleh prajurit Cirebon yang lari dari pertempuran diSumedang Larang itu sekitar tahun 1585M. Pada tahun 1890M diadakan pertemuan antara tetua kampung, dan akhirnya sepakat untuk mengganti nama kampung Bojong Maung dengan sebutan kampung Bojong Cideres, Cideres diambil dari nama sungai yang mengitari wilayah itu. Foto Keluarga H.Syamsuri, Bojong Cideres Foto diatas diambil pada desember 1977, foto paling atas adalah salah satu keluarga 'asli' pendiri Bojong Cideres, keluarga H. Syamsuri/Deswi. yang sekarang tempatnya sudah didud...

RM Sawah Aki Majalengka, Kuliner Majalengka dengan Konsep Pedesaan

Salah satu kuliner unggulan Kabupaten Majalengka adalah Rumah Makan Sawah Aki, dengan konsep unik yaitu Alam pedesaan, kita bisa menikmati makanan dalam saung-saung secara lesehan yang tersebar ditengah-tengah pesawahan padi dan ladang jagung, sehingga kita bisa melihat petani yang sedang beraktifitas, ada pula tempat outdoor yang luas untuk karokean dengan daya tampung 100 orang. Nilai Plus lainnya adalah adanya koneksi Wifi gratis, so kta bisa menikmati makanan sambil internetan. Lokasinya diDesa Kulur, Sindang kasih, Majalengka. Terletak diketinggian sehingga kita bisa melihat pemandangan kota Majalengka dibawahnya. Konsep saung-saung lesehan yang nyaman

Kecap Majalengka Maja Menjangan, kecap Home Industri tanpa Bahan Pengawet yang Terkenal Gurih

Di Kabupaten Majalengka terdapat puluhan pabrik kecap berbagai Merk dari industri rumahan, yang berkembang sejak puluhan tahun lalu, cuma disayangkan karena berbagai faktor terutama harga-harga bahan dasar pembuat kecap yang makin mahal dan proteksi produk lokal yang terabaikan pemerintah, kini pabrik-pabrik kecap diMajalengka bisa dihitung dengan jari. Banyak yang gulung tikar, dan yang bertahan sekarang cuma yang sudah punya nama seperti, Maja Menjangan, Cap Segitiga, Cap Matahari (Tjoen Teng) dan Cap Sate (Anton) dan juga beberapa merk lainnya. Adapun pabrik kecap yang terkenal diantaranya adalah kecap Maja Menjangan, tergolong paling tua usianya  dibanding merk-merk kecap lainnya diMajalengka, Kecap Maja menjangan ini pertama kali diproduksi tahun 1940, oleh H. Saad Wangsawidjaja, dengan peralatan yang masih sederhana dan produksi yang masih terbatas. Rasanya yang kental, Gurih dan Tanpa pengawet menjadikan kecap ini banyak dicari sebagai oleh-oleh khas Majalengka. H....