Sebelum menjadi desa Bojong Cideres, sebelumnya nama daerah ini adalah kampung Bojong maung, disebut Bojong Maung karena memang didaerah ini dahulunya adalah hutan belantara yang banyak berkeliaran harimau-harimau. Waktu itu belum ada jalan/jalur Bandung-Cirebon, karena jalan tersebut dibangun oleh Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Belanda sekitar tahun 1809M. Sementara perkiraan penulis, bahwa kampung Bojong Maung ini kemungkinan dibuka oleh prajurit Cirebon yang lari dari pertempuran diSumedang Larang itu sekitar tahun 1585M. Pada tahun 1890M diadakan pertemuan antara tetua kampung, dan akhirnya sepakat untuk mengganti nama kampung Bojong Maung dengan sebutan kampung Bojong Cideres, Cideres diambil dari nama sungai yang mengitari wilayah itu.
Foto diatas diambil pada desember 1977, foto paling atas adalah salah satu keluarga 'asli' pendiri Bojong Cideres, keluarga H. Syamsuri/Deswi. yang sekarang tempatnya sudah diduduki oleh Dealer Motor Yamaha diBojong Cideres. Salah satu cucunya sekarang sudah ada yang menjadi Dokter Gigi dan juga perawat umum diRSUD Cideres Majalengka. Foto dibawahnya batas belakang desa Bojong Cideres yang berbatasan dengan desa pagandon, itu adalah aliran irigasi, atau oleh penduduk setempat dikenal sebagai, "Bedeng Gede".
Foto Keluarga H.Syamsuri, Bojong Cideres |
Makam Salah Satu keturunan pembuka Kampung Bojong maung |
Saya mendapatkan babad kampung Bojong Maung ini dari Almarhum ayah, Drs. Dasmika Sukandi yang lahir pada tahun 1936 dikampung Bojong Cideres, beliau adalah penduduk asli Bojong Cideres yang diperkirakan generasi ke tujuh dari silsilah para pendiri/pembuka kampung Bojong Maung dahulu. Cuma sayang sekali saya lupa untuk mengingat beberapa tokoh dalam babad kampung ini, dan menurut ayah saya waktu itu yang mengetahui Babad ini adalah mantan kuwu Bojong Cideres Pak E. Karma yang sekarang sudah sepuh.
Sejarah kampung-kampung diwilayah ini tak lepas dari sejarah kerajaan-kerajaan disekitarnya yang berselisih pada waktu itu, dahulu kala kampung ini masih berupa hutan belantara yang dihuni binatang-binatang hutan, teruama Harimau dan monyet. Pada tahun 1945-an hutan ini masih dipenuhi monyet-monyet hutan, waktu itu ayah saya masih berusia 9 tahun dan setiap bada subuh harus menanggung rancatan yg isi dagangan untuk membantu jualan ibunya yang dagang dipasar kadipaten, didaerah yang sekarang dikenal Pemakaman Makam Pahlawan Sawala seringkali dicegat monyet-monyet liar.
Pembukaan kampung bojong maung bermula dari pelarian prajurit-prajurit kerajaan Cirebon yang berperang dengan Kerajaan Sumedang Larang. Bermula dari Putra mahkota kerajaan Sumedang Larang, Pangeran Geusan Ulun (1580-1608), yang singgah dikesultanan Cirebon setelah belajar Islam dikerajaan Demak, Pangeran Geusan Ulun diterima dengan baik oleh penguasa cirebon waktu itu Panembahan Ratu, keduanya masih ada pertalian saudara karena masih keturunan Sunan Gunung Jati. Dikisahkan Pangeran Geusan Ulun adalah seorang pemuda tampan Rupawan sampai sang Permaisuri kesultanan Cirebon Ratu Harisbaya waktu itu jatuh cinta kepadanya, dan keduanya sepakat untuk melarikan diri ke kerajaan Sumedang Larang.
Pembukaan kampung bojong maung bermula dari pelarian prajurit-prajurit kerajaan Cirebon yang berperang dengan Kerajaan Sumedang Larang. Bermula dari Putra mahkota kerajaan Sumedang Larang, Pangeran Geusan Ulun (1580-1608), yang singgah dikesultanan Cirebon setelah belajar Islam dikerajaan Demak, Pangeran Geusan Ulun diterima dengan baik oleh penguasa cirebon waktu itu Panembahan Ratu, keduanya masih ada pertalian saudara karena masih keturunan Sunan Gunung Jati. Dikisahkan Pangeran Geusan Ulun adalah seorang pemuda tampan Rupawan sampai sang Permaisuri kesultanan Cirebon Ratu Harisbaya waktu itu jatuh cinta kepadanya, dan keduanya sepakat untuk melarikan diri ke kerajaan Sumedang Larang.
Hal ini jelas membuat marah Suami Ratu Harisbaya, Panembahan Ratu dan mengirimkan pasukan untuk merebut kembali Permaisurinya, dalam sebuah peperangan ternyata pasukan cirebon kalah karena Sumedang Larang diperkuat oleh 4 senapati yang sakti mandraguna. Beberapa prajurit Cirebon melarikan diri dari medan pertempuran dan dari mereka ada yang bersembunyi diwilayah yang sekarang disebut Bojong Cideres, dengan kesaktiannya mereka bersembunyi dibawah daun Emes Oyong dan sebagian lainnya bersembunyi diantara tanaman padi merah, dan sejak itulah keluar sumpah dari para leluhur bahwa keturunan-keturunan mereka sampe tujuh turunan tidak boleh menanam emes oyong dan beas beureum.
Percaya atau tidak pernah keluarga Kakek saya waktu tahun 40-an tanam beras merah dan seketika semua anggota keluarga dihinggapi penyakit kulit, orang kampung menyebutnya dengan istilah budug dan sembuh ketika tanaman beas beureumnya dibabad habis, dan pernah pula Kakek saya tanam emes Oyong dan tak lama dari itu dapur keluarga kakek disamber petir sampai rusak parah.. Wallahu a'lam
1. Karsa (masa jabatan 1890 – 1912),
2. Arnalim (masa jabatan 1913 – 1920),
3. Kardi (masa jabatan 1921 – 1929),
4. Carim (masa jabatan 1930 – 1939),
5. Suryani (masa jabatan 1940 – 1946),
6. Arkasih (masa jabatan 1947 – 1955),
7. Asnari (1956 – 1971),
8. E. Mansyur (masa jabatan 1972 – 1978) dan
9. Ade Sukarya (masa jabatan 1979 – 1982).
Tahun 1982 merupakan tahun bersejarah bagi masyarakat Bojongcideres. Pada tahun tersebut terjadi perubahan status dari kampung menjadi Desa, sebagai pemekaran dari Desa Dawuan, yaitu Desa Bojongcideres.
Berikut ini adalah daftar nama kuwu/ kepala desa yang memimpin Bojongcideres :
1. Edi Yusuf (Pjs, masa jabatan 1982 – 1984)
2. E.Karma (masa jabatan 1985 – 1990)
3. Aceng Badrudin (Pjs, masa jabatan 1991 – 1992)
4. Uu Amin Husaeni (masa jabatan 1993 – 2001)
5. Moch. Yunus (masa jabatan 2002 – 2011)
6. Agus Nur Efendi (2012 sampai sekarang)
Sisi Lain Desa Bojong Cideres
RSUD CIDERES
RSUD Masa Lampau |
Foto diatas adalah RSUD Cideres yang saya ambil dari berbagai sumber, tetapi sayang saya tidak bisa konfirmasi kebenarannya foto diatas karena Bapak sudah meninggal dunia tahun 2007 lalu, RS ini yang terletak dipinggir jalan Bandung-Cirebon, menurut keterangan dari berbagai sumber, RS ini didirikan oleh yayasan Belanda yang bergerak dalam misionaris, Nederlandsche Zending Vereeneging, dahulunya berupa Balai pengobatan. Pengurusnya waktu itu adalah pendeta Verhoeven, yang makamnya bisa dilihat dipemakaman kristen dibelakang terminal Cipaku/Cideres. Baru pada oktober tahun 1928, diresmikan menjadi Rumah Sakit Pembantu, dengan dokter pertama yang bertugas adalah Dokter Belanda, dr. Pruis.
RSUD Cideres sekarang (2015) |
Dan foto diatas adalah RSUD Cideres masa sekarang (2015), sebagai pembanding, dengan bangunan megah yang dibangun sejak kepemimpinan Direktur RSUD Cideres dr. Maman Gani, MARS, diteruskan sampe sekarang oleh dr. H. Ambar S Djamhur.
LAPANGAN SEPAK BOLA CIPAKU/CIDERES
Secara Wilayah lapangan Bola ini termasuk ke desa Cipaku, kecamatan Kadipaten, Kab Majalengka, tetapi orang-orang sekitar menamainya lapangan bola cideres. Terletak ditepi hutan Cipaku, dijalur Bandung-Cirebon, lebih tepatnya lagi didepan Balai Desa Bojong Cideres, pada tahun dekade 70-an masih terdapat stasiun kereta Api dan sekolah dasar yang dibuat oleh pemerintahan Belanda disebelah selatan lapangan bola berbatasan dengan hutan cipaku, cuma disayangkan sejak tahun 1995 lapangan bola berubah menjadi kawasan Ruko Terminal Cipaku, Kadipaten. dan sampai saat ini saya belum mendapatkan dokumentasi foto Lapangan Bolanya.
Banyak orang tidak tahu, bahwa diLapangan Bola Cideres ini telah lahir pesepakbola Nasional yang telah membawa harum Tim sepak bola Indonesia ke tingkat Asia dengan meraih mendali perunggu pada Asia Games 1962, Beliau adalah Emen Suwarman, Beliau lahir diMajalengka 18 Mei 1939, dan rumahnya disekitar lapangan Cideres. Dan beliau juga dikenal sebagai Legenda Persib Bandung karena kepiawaiannya memainkan sikulit bundar dan membawa PERSIB menjuarai berbagai kompetisi.
Beliau memperkuat tim sepak bola Indonesia menjuarai Merdeka Games, Malaysia yang diikuti 18 negara, Tim Indonesia mengalahkan Pakistan dengan skor 2-1 difinal, melibas tim Jepang 6-0, dan juga mengalahkan Korea 2-0.
Dari cerita almarhum ayah saya, yang lahir 1 April 1936, beliau sering berlatih bareng dengan Emen Suwarman sejak remaja, Emen Suwarman meneruskan berlatih dan menjadi pemain nasional, sementara Ayah saya waktu itu meneruskan sekolah menengah atasnya diBandung.
LOKASI DESA BOJONG CIDERES
Dilihat dari Google Maps.
LAPANGAN SEPAK BOLA CIPAKU/CIDERES
Secara Wilayah lapangan Bola ini termasuk ke desa Cipaku, kecamatan Kadipaten, Kab Majalengka, tetapi orang-orang sekitar menamainya lapangan bola cideres. Terletak ditepi hutan Cipaku, dijalur Bandung-Cirebon, lebih tepatnya lagi didepan Balai Desa Bojong Cideres, pada tahun dekade 70-an masih terdapat stasiun kereta Api dan sekolah dasar yang dibuat oleh pemerintahan Belanda disebelah selatan lapangan bola berbatasan dengan hutan cipaku, cuma disayangkan sejak tahun 1995 lapangan bola berubah menjadi kawasan Ruko Terminal Cipaku, Kadipaten. dan sampai saat ini saya belum mendapatkan dokumentasi foto Lapangan Bolanya.
Banyak orang tidak tahu, bahwa diLapangan Bola Cideres ini telah lahir pesepakbola Nasional yang telah membawa harum Tim sepak bola Indonesia ke tingkat Asia dengan meraih mendali perunggu pada Asia Games 1962, Beliau adalah Emen Suwarman, Beliau lahir diMajalengka 18 Mei 1939, dan rumahnya disekitar lapangan Cideres. Dan beliau juga dikenal sebagai Legenda Persib Bandung karena kepiawaiannya memainkan sikulit bundar dan membawa PERSIB menjuarai berbagai kompetisi.
Beliau memperkuat tim sepak bola Indonesia menjuarai Merdeka Games, Malaysia yang diikuti 18 negara, Tim Indonesia mengalahkan Pakistan dengan skor 2-1 difinal, melibas tim Jepang 6-0, dan juga mengalahkan Korea 2-0.
Dari cerita almarhum ayah saya, yang lahir 1 April 1936, beliau sering berlatih bareng dengan Emen Suwarman sejak remaja, Emen Suwarman meneruskan berlatih dan menjadi pemain nasional, sementara Ayah saya waktu itu meneruskan sekolah menengah atasnya diBandung.
Emen Suwarman |
Dilihat dari Google Maps.