Bupati Majalengka, H Soetrisno, SE., M.SI. |
Bisnis.com, BANDUNG -- Jawa Barat memiliki banyak daerah potensial sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru, salah satunya adalah Kabupatena Majalengka.
Kehadiran mega proyek Bandara Internasional Jabar (BIJB) di Kertajati, Majalengka, diyakini menjadi magnet yang akan menarik investasi baru dalam jumlah besar. Hal itu tentunya akan menjadikan Majalengka sebagai pusat pertumbuhan baru di Jawa Barat bagian timur.
Untuk mengeksplorasi berbagai potensi daerah Majalengka dalam menyiapkan kehadiran BIJB Kertajati, Tim Bisnis mewawancarai langsung Bupati Majalengka H. Sutrisno, SE., M.Si. Berikut petikannya.
Apa visi misi bapak dalam mengawal pembangunan ekonomi di Kabupaten Majalengka?
Sekarang saya masuk periode kedua. Target 5 tahun ke depan adalah menuju Majalengka MAKMUR, yaitu maju, aman, kondusif, mandiri, unggul dan religius. Pemerintah harus menjalankan 3 kunci ini. Pertama, memberikan pelayanan masyarakat dengan baik; Kedua, melaksanakan pembangunan agar terjadi perubahan bagi kehidupan masyarakat; dan Ketiga, memberikan perlindungan agar proses pembangunan itu betul-betul dirasakan manfaatnya. Dan akhirnya tugas pemerintah bagimana mampu mensejahterakan rakyat.
Caranya tidak lain, setiap tingkatan pemerintahan harus mampu membangun ekonomi keluarga. Apabila ini terbangun, pasti ekonomi desa, kota hingga negara akan terbangun dengan baik. Berangkat dari itu, saya awal menjabat diwarisi APBD Rp860 miliar dan PAD sekitar Rp40 miliar. Sekarang posisi APBD mencapai Rp2,95 triliun, dan PAD Rp160 miliar. Diakui atau tidak, itu memiliki korelasi yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi Majalengka.
Pada masa awal saya fokus bagaimana menjadikan Majalengka sebagai tempat kumpulan orang-orang, dengan modalnya harus mampu membangun infrastruktur. Saya bangun jalan dan perlebar dan lain sebagainya, dan semua ada dampak positif bagi rakyat. Apabila banyak orang yang datang, biasanya akan muncul permintaan mulai dari hotel, rumah makan, transportasi dan tempat wisata yang memadai. Pemerintah manapun harus bisa membangun ekonomi skala kecil, ekonomi rumah tangga, untuk membangun kemandirian.
Majalengka dipilih sebagai daerah pembangunan BIJB Jabar, bagaimana bapak menangkapnya?
Jabar yang berpenduduk lebih dari 40 juta jiwa, belum memiliki bandara internasional yang memadai. Sebelum BIJB diputuskan di Majalengka, ada tarik menarik kepentingan antara Majalengka, Bandung, dan Karawang. Sampai akhirnya dipilih kertajati itu bukan sesuatu tanpa perjuangan.
Saya berjuang keras di Hotel Borobudur, Jakarta di hadapan beberapa pihak yang berkepentingan untuk membangun bandara di Karawang. Di forum itu saya katakan bahwa siapapun berpikir ingin membangun bandara di Karawang adalah orang yang ingin memperluas wilayah Jakarta Raya, dan orang yang berpikiran ingin memperluas kemacetan wilayah tersebut.
Tapi kalau kita berpikir mau mengurangi persoalan Jakarta dan mengurai persoalan di Bandung, artinya bagaimana kita mampu menyebarkan pembangunan. Dipilihnya Majalengka, tentunya akan mampu mengungkit percepatan pembangunan di wilayah Cirebon 3 dan sebagian wilayah Jateng bagian Selatan.
Alhamdulillah dalam forum itu, saya dapat support dari Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Perhubungan. Kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Majalengka pada Maret 2014, memberikan ketegasan bahwa pemerintah pusat mendukung pembangunan bandara di Majalengka, bahkan dukungan APBN pun akan dialirkan untuk mempercepat pembangunan bandara ini.
Potensi apa yang bisa dimanfaatkan Majalengka dengan kehadiran BIJB Jabar ini?
Bagi Majelengka, bukan itu sumber yang akan memperkuat perekonomian Majalengka, karena bandara akan diurus oleh Angkasa Pura. Tapi bandara itu adalah magnet untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi di Majalengka.
Saya harus ramah dengan memberikan kemudahan pada siapapun yang akan berinvestasi. Kebetulan posisi Majalengka ini sangat strategis dengan pusat pemerintah berada di tengah-tengah, di mana sebelah utara itu dataran rendah yang cuacanya panas sangat cocok untuk pengembangan industri, perdagangan dan jasa termasuk bandara.
Kemudian ke wilayah selatan itu tempat sejuk karena lokasinya diapit oleh tiga gunung. Jadi Majalengka punya iklim yang panas, sedang, dan dinging. Ini artinya apabila kita mampu memfasilitasi semuanya, orang itu tidak mungkin keluar dari Majalengka.
Apa landasan yang bapak pegang dalam pembangunan di Majalengka?
Pada periode pertama saya mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis agribisnis dan saat itu belum muncul tentang pembangunan bandara. Saya penganut teori JJ Rostow. Dalam teori itu, segmen yang pertama adalah bagaimana kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi, tentunya sektor pertanian dikembangkan. Tetapi, manakala kita akan memberikan kemajuan buat rakyat, kita harus masuk pada strata yang kedua, yakni pengembangan ekonomi yang didukung industri pengolahan agar hasil pertanian rakyat memiliki nilai tambah.
Tahap berikutnya harus mengembangkan industri manufaktur dan teknologi karena itu akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dan untuk meningkatkan percepatan harus masuk pada strata yang keempat adalah mengembangkan perdagangan dan jasa, karena di situlah yang akan mempercepat peningkatan kesejahteraan. Contohnya Singapura yang kecil, tetapi negara itu menjadi pusat perdagangan wilayah sehingga menjadi negara yang maju.
Oleh karena itu, dengan hadirnya bandara, Majalengka menuju pada era strata kedua dan ketiga, karena kalau hanya mengembangkan ekonomi tradisional belum mampu mempercepat perekonomian.
Apa modal Majalengka untuk melakukan percepatan pembangunan tersebut?
Bandara ini diharapkan menjadi magnet bagi para investor untuk bisa masuk ke Majalengka lebih-lebih sekarang peluangnya sangat tinggi,. karena dalam kondisi alam di kota lain yang tidak ramah seperti banjir, kami bersyukur di Majalengka relatif aman.
Modal dasar Majalengka hanya bisa menawarkan tempat yang strategis. Saya hanya bisa merangsang investor yang memiliki uang, agar senang dan mau berinvestasi di Majalengka.
Posisi majalengka yang berada di tengah-tengah juga sangat strategis. Di utara ada Indramayu, di selatan Ciamis, Garut dan Tasikmalaya, sehingga aktivitas trasportasi juga menjadi sangat padat dan mudah dijangkau dari semua wilayah. Dengan posisi ini, investasi dan aktivitas ekonomi bisa menyebar ke semua sudut.
Apa hambatan terbesar yang dihadapi saat ini?
Kami menghadapi spekulan sehingga terjadi lonjakan harga tanah. Banyak kejadian beberapa investor yang akan membeli lahan tetapi pada saat akan pembayaran, harganya tiba-tiba naik. Dan yang paling sulit diatasi adalah para spekulan yang menguasai posisi lahan-lahan strategis, dan memasang tarif yang harganya sulit dijangkau. Oleh karena itu, saya sangat mengawasi betul agar para spekulan ini agar tidak menghambat proses pembangunan. Bagi investor yang tertarik, Pemkab akan siapkan lahan dan mereka tidak perlu berhubungan dengan spekulan. Kami juga berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa ini adalah peluang terbaik sehingga masyarakat harus bersikap realistis demi perkembangan daerah. Jangan sampai saat kami susah payah membujuk investor, tetapi karena ulah spekulan, membuat investor pergi ke tempat lain.
Lalu adakah insentif yang ditawarkan bagi investor?
Sebenarnya insentif yang ditawarkan sebagian ada di tingkat pusat, karena mengatur investasi tidak semuanya kewenangan ada di daerah. Majalengka hanya memiliki lembaga perizinan terpadu satu pintu, agar para investor cukup berhadapan dengan satu kantor, dan semua perizinan bisa selesai. Bahkan yang paling kita jaga adalah memastikan bahwa kehadiran mereka tidak merusak lingkungan. Bagi kami selama usahanya tidak berdampak pada lingkungan, perizinan usaha akan diproses dengan cepat.
Tetapi bagi industri yang akan membawa dampak besar pada lingkungan, sebut saja perpindahan industri tekstil dengan celupan saya sangat jaga betul, karena di Majalengka masih banyak saluran air alami yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat, termasuk Indramayu dan Cirebon. Kalau terpaksa harus masuk itu akan diarahkan ke daerah yang sungainya bisa langsung masuk ke laut.
Saya juga menjaga agar tidak terjadi permainan dalam birokrasi. Saya sampaikan kepada investor, siapapun yang akan berinvestasi, silakan berkomunikasi dulu dengan Pemkab Majalengka. Saya tidak ingin mereka rugi membebaskna tanah, ternyata di daerah yang tidak diperkenankan, atau investor masuk perangkap para calo. Jadi berkomunikasilah agar investasinya tepat lokasi, karena banyak yang sudah membebaskan lahan di wilayah Kertajati, tetapi bukan daerah peruntukannya.
Apa saja kebutuhan Pemkab Majalengka ke pemerintah provinsi dan pusat?
Yang paling prioritas adalah adanya perencanaan terintegrasi, Majalengka memiliki banyak tempat yang akan dikembangkan untuk pusat bisnis dan industri, tetapi perencanaannya belum terbuat dengan jelas. Saya tidak ingin mengorbankan investor. Karena yang menggagas awal bandara Kertajati dan Aerocity itu adalah Pemerintah Provinsi Jabar, tentunya Jabar harus mengintegrasikan dengan Majalengka, agar juga tidak mematikan wilayah di sekitar Majalengka.
Saya tidak ingin Majalengka seperti kehadiran Bandara Soekarno-Hatta. Apakah daerah di sekitar bandara itu ikut tumbuh sebagaimana pesatnya arus penumpang? Saya tidak ingin itu terjadi. Kehadiran bandara tidak memberikan tambahan langsung pada keuangan daerah, sehingga saya harus membangun wilayah sekitar bandara itu, bahkan saya berkeinginan akan lebih dulu dibangun tanpa menunggu bandara selesai, baru kita membangun.
Majalengka akan menata di sisi kiri-kanan bandara dan dirancang berbagai pusat pendukungnya. Persoalan daerah saat ini hanya bisa merancang, tetapi tidak bisa membiayainya sendiri. Semua rancangan harus dibuat jelas sehingga saat investor masuk, semuanya sudah siap dibangun.
Akan tetapi, sekarang belum bisa. Makanya Pemkab Majalengka mempercepat Rencana Detail Tata Ruang. Tapi nanti perlu mengintegrasikan dengan pemerintah provinsi. Harapan saya adalah provinsi Jabar harus terbuka dalam merencanakan apapun dengan Pemkab Majalengka, karena pintu gerbangnya ada di Majalengka. Jadi mau tidak mau, harus mengintegrasikan ini.
Setelah saya memiliki rancangan yang bagus dan terintgrasi, kami akan mengkomunikasikannya dengan Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan bagaimana percepatan pembangunan di Majalengka karena wilayah kita sudah masuk dalam wilayah bagian MP3EI.
Keterlibatan Pemkab di BIJB Kertajati?
Apabila kita membentuk BUMD yang terlibat dalam pengelolaan bandara, Pemkab Majalengka tentu akan berpartisipasi sebagai pemegang sahamnya. Tetapi yang paling utama adalah, bagaimana memanfaatkan sesuatu yang positif dari kehadiran bandara itu untuk membangun Majalengka. Apalah artinya kehadiran bandara, manakala unsure pendukungnya tidak ada, dan yang harus memfasilitasinya adalah Pemerintah Majalengka. Saya punya tempat, punya kebijakan dan punya ruang.
Apa upaya bapak untuk meyakinkan para investor?
Saya ini bupati dan mantan bankir sehingga berbicara bukan tanpa analisis. Jadi peluang berbisnis dan usaha di Majalengka sangat luar biasa, dalam hal mengakses sumber potensi ekonomi di Jabar. Oleh karena itu, Majalengka memiliki wilayah yang begitu indah dan relative masih utuh, saatnyalah sekarang untuk berinvestasi. Jangan menunggu nanti sudah jadi bandara dan infrastruktur pendukungnya nanti semuanya sudah berubah. Karena ini sudah pasti Majalengka akan berkembang ke depan. Di saat aset-aset masih murah, tidak usah membangunpun dalam hitungan bulan, sudah akan terlihat pergerakannya.
Pewawancara : Fajar Sidik, Maman Abdurahman, Hedi Ardhia
( http://bandung.bisnis.com/read/20140622/82446/511333/bupati-majalengka-siap-menjadi-pusat-pertumbuhan-baru-di-jabar-timur )